Belajar Hidup Dari Tawakkalnya Burung

Ketika pagi menjelang, mengapa tidak semua manusia sebahagia burung ?

Burung tak pernah melewatkan pagi tanpa keceriaan.Mereka menari di dahan dan ranting pepohonan, seraya berlomba menyanyikan kicauannya yang merdu. Mereka semua nampak bahagia. Tentunya, mereka sebahagia itu bukan lantaran punya segudang uang. Mereka berlaku begitu,bukan juga karena punya uang timbunan makan yang siap santap mereka jadi ceria.

Mereka bahkan tak pernah memikirkan berapa harta yang di miliki, atau berapa banyak makanan mereka punyai. Mereka hanya tahu dengan insting yang Allah titipkan pada jiwa mereka yang sederhana, bahwa hari ini adalah hari yang indah,dimana sejumput rejeki telah menanti,sebagai jatah pasti dari Dzat yang Maha pemberi.

Sebaliknya , pemandangan berbeda tampak pada manusia. Banyak dari mereka yang nyaris tak merasa bahagia saat pagi tiba. Jangankan bernyanyi dan menari seperti burung, untuk sekedar tersenyumpun begitu canggung. Sepertinya setumpuk rasa takut telah lebih dahulu jatuh di atas kepala mereka sebelum sempat menyaksikan indahnya suasana pagi.

Soal rejeki biasanya menjadi pemicu utama kekhawatiran mereka, disamping ketakutan terhadap berbagi persoalan hidup lainnya yang belum dapat mereka atasi, atau malah tak akan pernah bisa mereka atasi.

Mereka yang miskin dan pengangguran merasa khawatir : apakah hari ini saya dapat makan ? Kemana lagi harus mencari pekerjaan ? Apakah lamaran saya diterima ? Kepada siapa lagi mesti berutang ? Kemana mesti jika yang menagih utang datang ?

Yang hidupnya lumayan pun belum tentu bisa tenang : bagaimana saya harus menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk hari ini ? Apakah hasil pekerjaan saya akan memuaskan Bos? Kapan saya naik Gaji ? Bagaimana caranya karir saya cepat naik ? Kemana mencari pekerjaan yang lebih baik ?

Yang lebih mapan juga tetap kebingungan : Apakah hari ini saya bisa memenangkan tender? Siapakah yang harus saya suap supaya proyek itu jatuh ketangan saya? Bagaimana kalo proyek itu direbut oleh kompetitor saya ?

Demikianlah berbagai kekhawatiran berseliweran di kepala masing – masing orang. Pertanyaan-pertanyaan bernada ketakutan itu ibarat komponen – komponen yang terangkai menjadi mesin penggilas benih-benih kebahagiaan,sehingga tak mungkin tumbuh lagi dihari itu.

Bisakah manusaia seperti burung ?

Tentu saja bisa .bahkan seharusnya manusia lebih berhak bahagia daripada burung. Bukankah manusia telah Allah jadikan sebagai makhluk paling mulia ?

Meskipun begitu,harus diakui dalam hal kebahagiaan ini,burung memang jauh lebih unggul daripada manusia. Oleh karena itu ,seyogyanya manusia tak malu untuk belajar pada burung.

Kalau begitu, apa yang kita dapat pelajari dari burung ? Sederhana saja, yaitu soal tawakal, atau berserah diri. Dengan modal tawakal itulah burung menyapa pagi yang setiap kita jumpai. Dengan tawakal pula,mereka terbang kian kemari, menjemput rezeki  yang yakin akan mereka temui.

Dan dengan tawakal pula mereka pulang keperaduan di sore hari , dengan perut terisi ,dan tak pernah pusing memikirkan urusan perut mereka esok pagi.

Hari ini telah mereka jalani dengan baik, dan besok serahkan saja kepada sang khaliq.Kemarin pun mereka tak memikirkan hari ini,tapi mereka tetap hidup dan beroleh rezeki, jadi mengapa harus memikirkan pusing-pusing esok hari ?

Persoalan rezeki sudah diatur oleh sang pencipta, hal penting yang perlu dilakukan adalah menyempurnakan ikhtiar, perkuat dengan do’a, dan tawakkal secara total kepada Alloh. Insya Allah, jika ikhtiar, doa serta tawakal kita total, kita akan diberikan kelapangan rezeki oleh Allah. Oleh karena itu selayaknyalah kita tidak perlu risau  mengenai urusan rezeki yang Allah SWT berikan , karena  Sang Pemberi Rezeki telah menjamin kehidupan kita.

4 thoughts on “Belajar Hidup Dari Tawakkalnya Burung

  1. Ryan berkata:

    berserah, berusaha dan terus berdoa untuk yang terbaik.

  2. kalau kata orang bijak: semakin kita menginginkan sesuatu, semakin kita akan menderita..
    kuncinya bersyukur atas apa yg kita punya, dan selalu berbahagia menyambut pagi seperti burung 🙂

  3. Sri Rizky berkata:

    Tapi bukan berarti kita tidak boleh punya keinginan, Dan betul sekali kunci utama supaya kita dapat merasakan kebahagiaan itu adalah dengan bersyukur atas yang telah kita punyai

Tinggalkan komentar